Seminggu lagi aku akan melakukan
perjalanan panjang bersama beberapa temanku dan juga bersama dengan teman
baruku yang aku temukan saat mendaki di gunung Panderman (mau tau kisahnya
silahkan baca ceritaku sebelumnya) bagi kalian yang selalu membaca
kisah-kisahku pasti ingat siapa mereka. Sebelum aku ceritakan perjalanan
panjangku, sekarang aku mau cerita pemanasan buat perjalananku nanti. 
Sekarang aku mau berlibur dengan
4 temanku menuju coban rais mereka adalah Yola, Empus, Luqman dan Oyon. Kami
membawa ayam buat di bakar di coban rais, kami niat membuat bakar-bakar di
sana, kami membawa ayam uth 1 ekor, nasi tentara, serta bumbu bumbu yang di
pakai buat bakar-bakar dan gak lupa juga kami bawa kuas dan air minum soalnya
gak lucu kalau makan tapi gak minum.  Coban rais merupakan salah satu air terjun
yang berada di kawasan kota wisata Batu. “Untuk mendapatkan sesuatu yang indah
butuh pengorbanan” ya begitulah sesuatu yang selalu ku ingat jika aku sedang
melakukan perjalanan di alam, termasuk perjalananku kali ini harus melakukan
tracking kurang lebih 1 jam dahulu untuk melihat cobannya, dan perjalanannya
seperti menaiki gunung karena jalannya yang naikkk dan turunn dan naik lagii. 
Kami ber 5 tiba di sana sehabis
shalat zuhur dan kami semua menitipkan kendaraan kita di rumah orang tua angkat
Oyon setelah itu kita berjalan kaki melewati perkebunan warga dan semakin jauh
jalan yang kita tempuh semakin terlihat hutan rindang dan semakin kita terlarut
di dalam hutan belantara. Kiri dan kanan kita adalah bukit-bukit, sebagian
jalan juga dilewati oleh aliran air dari cobannya, jadi kita melewati arus air
dan rasa airnya dingin tapi seger serta hijau hijau pohon membuat mataku
dimanjakan.
Setengah perjalanan sudah kita
lewati, namun tiba-tiba langit menjadi gelap dan langit mengeluarkan rintikan
air secara perlahan yaa hujan mulai turun hujan mulai terjun bebas dari langit
dan kini teman-temanku yang lain memakai jas hujan sedangkan aku (kebiasaan gak
suka pakai jas hujan) memilh menikmati tubuh ini basah oleh sentuhan air hujan
yang mengalir ke tubuhku, aku menikmati hujan, aku suka hujan, aku senang bisa
main hujan dan menyatu dengan hujan. Banyak hal yang kita temukan di sepanjang
jalan, contohnya saja banyak bebatuan, banyak tanah-tanah yang becek dan
membuat sepatu yang ku kenakan menjadi buluk dan kotor. Ada sesuatu yang
membuatku terkesan yaitu jembatan yang di bawahnya adalah jurang, kita melewati
itu secara perlahan sangat berhati hati, sebenarnya aku ingin melangkah sendiri
tapi Oyon menemaniku menyebrang jembatan itu, dan akhirnya aku menyuruh Oyon
untuk menjemput teman-temanku di seberang jurang agar mereka semua juga aman.
Semakin lama kita berjalan semakin terdengar suara gemercik air dari coban
tersebut, pertanda Cobannya sudah dekat dan terang saja akhirnya kita tiba di
sana.
Karena hujan yang deras membuat
tubuhku ini rentan kedinginan, yaa seperti biasa telapak kakiku sangat dingin.
Kita langsung segera membuat tenda darurat yang di buat dari jas hujan dan
membuat perapian unutk menghangatkan tubuh, dan karena arus yang deras ahkirnya
kita dilarang bermain-main dekat dengan coban, dari pada membahayakan diri kita
mendingan menikmati dari jauh saja. Tenda sudah di bangun, kini saatnya
membuaat makan. Membuat perapian dan mennyiapkan makanannya, yaa siapkan ayam
yang mau di bakar, siapkan semua bumbu dan time to cooking. Kita sangat
menikmati menunggu ayam sambil banyak berbincang, banyak hal-hal konyol yang
kita lakukan, sayangnya sedikit sekali kita foto karena sudah asik menyatu
dengan alam membuat kita lupa akan mengabadikan momen kebersamaan kita. Aku
sempat ingin menyebur ke coban, aku ingin merasakan menyatu dengan air agar aku
tau gimana rasanya basah. Beberapa kali aku mondar mandiri menghampiri aliran
air yang deras itu, beberapa kali aku merasakan sejuknya air itu. Aku sangat
suka, hingga makan yang di tunggu tunggu akhirnya masak, its time to “makan”
kita berasa makan besar, satu ekor ayam bakar untuk berlima, terima kasih tuhan
untun nikmat yang tiada tara ini.
Hari semakin gelap, tidak ada
sunset sisa hujan tadi tidak memberikan izin kepadaku untuk melihat sunset dari
tempat ini. Kami segera bersiap siap untuk kembali ke rumah, kami ber beres
beres dan berbenah selanjutnya melakukan tracking malam hari. Baru pertama kali
aku melakukan tracking malam hari, dengan perasaan takut, perasaan gelisah,
perasaan cemas aku melewati hutan-hutan belantara, melewati banyak hal-hal yang
menurutku aneh, kami semua saling berpegangan tangan soalnya takut ada apa-apa
di sepanjang jalan, bukan berfikir hal negatif tapi hanya berjaga-jaga jangan
sampai anggotanya berkurang satu apa lagi malah bertambah, perjalanan ini
begitu menyeramkan hanya ditemani oleh cahaya dari handphone untuk menerangi
jalan dan yang paling aku suka adalah ketika kita melihat ke atas dan melihat
langit luas yang ada hanya bintang-bintang. Sepanjang perjalanan aku menemukan
beberapa kunang-kunang, dan baru pertama kali aku melihat secara dekat dan aku
memegang langsung kunang-kunang, hewan yang lucu dan unik karena mengeluarkan
cahaya dari tubuhnya, aku membawa satu kunang-kunang unutk di taruh di kamar
dan menjadikan sebuah kenang-kenangan bahwa aku pernah melakukan perjalanan dan
menemukan kunang-kunang.
Perjalanan semakin terang dan
kita sudah melihat terangnnya kota, kita kembali ke kota dengan bisingnya dan
terangnya penerangan sudha kita temukan. Tiba di rumah orang tua angkat Oyon
aku memilih untuk membersihkan badan dan mandi soalnya habis kehujanan dan
badanku kotor penuh lumpur namun baru sadar kalau aku gak bawa celana ganti dan
Cuma bawa baju ganti akhirnya aku pulang pakai celana jas hujannya Luqman, aku
jadi minjem jas hujan deh buat pakaian. Di dapur rumah ibu angkatnya Oyon,
teman-temanku membuat perapian dan mereka menghangatkan badan sambil menungguku
membersihkan diri di kamar mandi, setelah aku selesai dan sudha bersih akhirnya
kami melakukan perjalanan pulang. Aku ingat satu hal, aku ingat kunang-kunangku
akhirnya aku menanyakan kepada teman-temanku tetapi tidak ada satupun yang
tahu, yaa kunang-kunang yang mau aku bawa ternyata hilang L aku sedih
“kunang-kunang hanya unutk dikenang bukan untuk dibawa pulang, biarkan sia
hidup di alamnya biarkan dia berkembang di alamnya karena rumah dia di sini dan
rumahku di sana, kita tidak bisa bersama” (halah ngomong apa sih aku). Di bawah
bintang-intang dengan view gunung Arjuno sepanjang jalan kedinginan akhirnya
sampai juga di Malang. Terima kasih buat teman-temanku sudah mau menemaniku
berlibur dan terima kasih membuat aku bahagia.
Satu minggu lagi dari
perjalananku ini aku akan melakukan perjalanan ke Argopuro, tunggu ceritaku
ya... pssssttttt maafkan aku yang beberapa kali telat memposting cerita, dan
banyak cerita yang sudah berlalu dari bulan lalu. Karena dalam satu bulan lalu
aku full melakukan perjalanan setiap weekend alhasil membuat aku gak ada waktu
buat menceritakan kepada kalian semua. Tapi kali ini karena puasa dan aku sudah
mendekati ujian akhir semester jadinya cuti dulu lah jalan-jalannya, tinggal
tugasku membagikan kisahku kepada kalian para pembaca setia blogku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar