Kamis, 18 Juni 2015

Coban Rais



Seminggu lagi aku akan melakukan perjalanan panjang bersama beberapa temanku dan juga bersama dengan teman baruku yang aku temukan saat mendaki di gunung Panderman (mau tau kisahnya silahkan baca ceritaku sebelumnya) bagi kalian yang selalu membaca kisah-kisahku pasti ingat siapa mereka. Sebelum aku ceritakan perjalanan panjangku, sekarang aku mau cerita pemanasan buat perjalananku nanti. 

Sekarang aku mau berlibur dengan 4 temanku menuju coban rais mereka adalah Yola, Empus, Luqman dan Oyon. Kami membawa ayam buat di bakar di coban rais, kami niat membuat bakar-bakar di sana, kami membawa ayam uth 1 ekor, nasi tentara, serta bumbu bumbu yang di pakai buat bakar-bakar dan gak lupa juga kami bawa kuas dan air minum soalnya gak lucu kalau makan tapi gak minum.  Coban rais merupakan salah satu air terjun yang berada di kawasan kota wisata Batu. “Untuk mendapatkan sesuatu yang indah butuh pengorbanan” ya begitulah sesuatu yang selalu ku ingat jika aku sedang melakukan perjalanan di alam, termasuk perjalananku kali ini harus melakukan tracking kurang lebih 1 jam dahulu untuk melihat cobannya, dan perjalanannya seperti menaiki gunung karena jalannya yang naikkk dan turunn dan naik lagii. 

Kami ber 5 tiba di sana sehabis shalat zuhur dan kami semua menitipkan kendaraan kita di rumah orang tua angkat Oyon setelah itu kita berjalan kaki melewati perkebunan warga dan semakin jauh jalan yang kita tempuh semakin terlihat hutan rindang dan semakin kita terlarut di dalam hutan belantara. Kiri dan kanan kita adalah bukit-bukit, sebagian jalan juga dilewati oleh aliran air dari cobannya, jadi kita melewati arus air dan rasa airnya dingin tapi seger serta hijau hijau pohon membuat mataku dimanjakan.

Setengah perjalanan sudah kita lewati, namun tiba-tiba langit menjadi gelap dan langit mengeluarkan rintikan air secara perlahan yaa hujan mulai turun hujan mulai terjun bebas dari langit dan kini teman-temanku yang lain memakai jas hujan sedangkan aku (kebiasaan gak suka pakai jas hujan) memilh menikmati tubuh ini basah oleh sentuhan air hujan yang mengalir ke tubuhku, aku menikmati hujan, aku suka hujan, aku senang bisa main hujan dan menyatu dengan hujan. Banyak hal yang kita temukan di sepanjang jalan, contohnya saja banyak bebatuan, banyak tanah-tanah yang becek dan membuat sepatu yang ku kenakan menjadi buluk dan kotor. Ada sesuatu yang membuatku terkesan yaitu jembatan yang di bawahnya adalah jurang, kita melewati itu secara perlahan sangat berhati hati, sebenarnya aku ingin melangkah sendiri tapi Oyon menemaniku menyebrang jembatan itu, dan akhirnya aku menyuruh Oyon untuk menjemput teman-temanku di seberang jurang agar mereka semua juga aman. Semakin lama kita berjalan semakin terdengar suara gemercik air dari coban tersebut, pertanda Cobannya sudah dekat dan terang saja akhirnya kita tiba di sana.

Karena hujan yang deras membuat tubuhku ini rentan kedinginan, yaa seperti biasa telapak kakiku sangat dingin. Kita langsung segera membuat tenda darurat yang di buat dari jas hujan dan membuat perapian unutk menghangatkan tubuh, dan karena arus yang deras ahkirnya kita dilarang bermain-main dekat dengan coban, dari pada membahayakan diri kita mendingan menikmati dari jauh saja. Tenda sudah di bangun, kini saatnya membuaat makan. Membuat perapian dan mennyiapkan makanannya, yaa siapkan ayam yang mau di bakar, siapkan semua bumbu dan time to cooking. Kita sangat menikmati menunggu ayam sambil banyak berbincang, banyak hal-hal konyol yang kita lakukan, sayangnya sedikit sekali kita foto karena sudah asik menyatu dengan alam membuat kita lupa akan mengabadikan momen kebersamaan kita. Aku sempat ingin menyebur ke coban, aku ingin merasakan menyatu dengan air agar aku tau gimana rasanya basah. Beberapa kali aku mondar mandiri menghampiri aliran air yang deras itu, beberapa kali aku merasakan sejuknya air itu. Aku sangat suka, hingga makan yang di tunggu tunggu akhirnya masak, its time to “makan” kita berasa makan besar, satu ekor ayam bakar untuk berlima, terima kasih tuhan untun nikmat yang tiada tara ini.

Hari semakin gelap, tidak ada sunset sisa hujan tadi tidak memberikan izin kepadaku untuk melihat sunset dari tempat ini. Kami segera bersiap siap untuk kembali ke rumah, kami ber beres beres dan berbenah selanjutnya melakukan tracking malam hari. Baru pertama kali aku melakukan tracking malam hari, dengan perasaan takut, perasaan gelisah, perasaan cemas aku melewati hutan-hutan belantara, melewati banyak hal-hal yang menurutku aneh, kami semua saling berpegangan tangan soalnya takut ada apa-apa di sepanjang jalan, bukan berfikir hal negatif tapi hanya berjaga-jaga jangan sampai anggotanya berkurang satu apa lagi malah bertambah, perjalanan ini begitu menyeramkan hanya ditemani oleh cahaya dari handphone untuk menerangi jalan dan yang paling aku suka adalah ketika kita melihat ke atas dan melihat langit luas yang ada hanya bintang-bintang. Sepanjang perjalanan aku menemukan beberapa kunang-kunang, dan baru pertama kali aku melihat secara dekat dan aku memegang langsung kunang-kunang, hewan yang lucu dan unik karena mengeluarkan cahaya dari tubuhnya, aku membawa satu kunang-kunang unutk di taruh di kamar dan menjadikan sebuah kenang-kenangan bahwa aku pernah melakukan perjalanan dan menemukan kunang-kunang.

Perjalanan semakin terang dan kita sudah melihat terangnnya kota, kita kembali ke kota dengan bisingnya dan terangnya penerangan sudha kita temukan. Tiba di rumah orang tua angkat Oyon aku memilih untuk membersihkan badan dan mandi soalnya habis kehujanan dan badanku kotor penuh lumpur namun baru sadar kalau aku gak bawa celana ganti dan Cuma bawa baju ganti akhirnya aku pulang pakai celana jas hujannya Luqman, aku jadi minjem jas hujan deh buat pakaian. Di dapur rumah ibu angkatnya Oyon, teman-temanku membuat perapian dan mereka menghangatkan badan sambil menungguku membersihkan diri di kamar mandi, setelah aku selesai dan sudha bersih akhirnya kami melakukan perjalanan pulang. Aku ingat satu hal, aku ingat kunang-kunangku akhirnya aku menanyakan kepada teman-temanku tetapi tidak ada satupun yang tahu, yaa kunang-kunang yang mau aku bawa ternyata hilang L aku sedih “kunang-kunang hanya unutk dikenang bukan untuk dibawa pulang, biarkan sia hidup di alamnya biarkan dia berkembang di alamnya karena rumah dia di sini dan rumahku di sana, kita tidak bisa bersama” (halah ngomong apa sih aku). Di bawah bintang-intang dengan view gunung Arjuno sepanjang jalan kedinginan akhirnya sampai juga di Malang. Terima kasih buat teman-temanku sudah mau menemaniku berlibur dan terima kasih membuat aku bahagia.



Satu minggu lagi dari perjalananku ini aku akan melakukan perjalanan ke Argopuro, tunggu ceritaku ya... pssssttttt maafkan aku yang beberapa kali telat memposting cerita, dan banyak cerita yang sudah berlalu dari bulan lalu. Karena dalam satu bulan lalu aku full melakukan perjalanan setiap weekend alhasil membuat aku gak ada waktu buat menceritakan kepada kalian semua. Tapi kali ini karena puasa dan aku sudah mendekati ujian akhir semester jadinya cuti dulu lah jalan-jalannya, tinggal tugasku membagikan kisahku kepada kalian para pembaca setia blogku.

Tidak ada komentar: