Sabtu, 27 Juni 2015

Another Rakum's Story part II



 Ini merupakan kelanjutan cerita perjalananku ketika menuju Ranukumbolo, di sini masih juga belum aku posting sampai ending, soalnya masih dalam proses pembuatan. sabar yah nunggu cerita selanjutnya, tapi untuk kalian para pembaca setiaku silahkan disimak aja "another rakum's story part II" ini.

“Kringg kringg kringg” alarm jam 3 berbunyi, aku segera bangun dan saat membuka mata aku melihat dia, aku pernah mengalami hal yang sama dulu ketika aku bersama masalaluku. Melihat wajahnya ketika membuka mata membuat detak jantungku begitu cepat. Didepanku dia terlihat tertidur sangat lelap dan pulas banget tidurnya, gak tega rasanya buat bangunin dan minta temanin lihat bintang serta memotret bintang. Yang kulakukan ketika itu ya Cuma baring di sampingnya sambil memainkan ponselku hingga ngantukku datang dan aku tertidur lagi di sampingnya dan akhirnya batal sudah melihat bintang malam itu. Kami bangun pagi-pagi sekali dan  sudah berisik dengan para pendaki yang lainnya yang sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Aku dan dia malah asik membuat perapian untuk menghangatkan tubuh yang dingin karena di sana suhunya mencapai 4 derajat, kita sangat santai dibandingkan pendaki yang lainnya kita sempat membuat sarapan dan setelah itu barulah kita berkemas barang bawaan. Selesai sarapan, kita di buat ribet sama orang yang katanya mau ikut mendaki bersama kita, tiba-tiba saja dia membatalkan perjalanannya jadinya kita mengurus ulang perizinannya kepada pihak pengelola dan hal tersebut membuat lumayan memakan waktu yang banyak hingga akhirnya sehabis zuhur sekitar jam 14.00 kita baru memulai perjalanan tracking.

Tracking saat weekend ada enaknya dan banyak tidak enaknya, enaknya karena kita yang hanya berdua tidak perlu takut dan tidak perlu khawatir selama di perjalanan soalnya selalu ketemu dengan pendaki yang lainnya dan pasti saling tegur sapa. Di Semeru memiliki sapaan yang hanya di temukan di sana saja “marimas” itulah sapaan yang sering kalian dengar jika melakukan perjalanan ke Semeru. Hal yang tidak enaknya ketika weekend ke sana ya itu terlalu ramai hingga seperti membuat sebuah kampung di sebuah Ranukumbolo. Yaa meskipun ada enak dan tidak enaknya aku tetap saja menikmati setiap langkah yang kulalui dan menikmati setiap inci keindahan alam disekitarku, rasa lelah segera berlalu kita merasa sedang menyatu dengan alam karena alam adalah rumah kita. Sepanjang perjalanan beberapa kali berpapasan dengan orang, sering orang lain mengira kita sebagai sepasang kekasih karena hanya berdua saja dan sebenarnya kita hanya “teman” beberapa pertanyaan dan pernyataan orang lain sering kita dengar seperti “berdua aja? Pacarnya ya? Berdua aja, sweetnya!” dan kita hanya menjawab dengan “iya berdua aja. Enggak Cuma teman, dan di balas dengan senyum”. 

Sorepun tiba langit sore akan berganti menjadi senja dan malam akan tiba. Kita sangat menikmati perubahan dari sore menuju senja, kita berdua duduk santai menikmati pantulan air Ranukumbolo yang diberi cahaya oleh teriknya sinar mentari menuju senja yang sangat greget moment karena kali pertama aku berdua sama dia disini. Duduk menikmati senja sambil melepas lelah karena kita melakukan perjalanan 5 jam dari Ranupane keRanukumbolo (satu jam lebih cepat dibandingkan aku dulu pertama kali kesini). Malam mulai tiba kita berdua segera turun menuju tempat perkemahan dan  membangun tenda lagi, merapikan barang-barang ke dalam tenda lagi dan bersiap santai lagi. 

Dingin... Dingin... Dingin... hanya itu yang bisa kita rasakan saat malam hari, aku bingung mau ngelakuin apa selain baring dan selimutan tapi kita berdua sama-sama belum makan jadinya aku bangun ngambil kompor buat masak di dalam tenda (gak kuat dingin rasanya kalau harus masak di luar tenda) dan membuat sedikit minuman hangat yang bisa dia seduh supaya badannya hangat. Dia bilang kalau gak enak badan (baru sembuh kemarin malah ke gunung nih anak) jadinya aku suruh tidur aja sambil nunggu aku masak buat makan malam. Sekitar satu jam kemudian masakannya pun sudah jadi akhirnya aku bangunin dia supaya bisa makan malam bareng, kita makan berdua di temanin dengan suara-suara pendaki lain yang sibuk di luar tenda sana, entah apa yang mereka lakukan, entah apa yang mereka bicarakan kita gak peduli soalnya ngantuk + dingin nya gak nyantai, suhunya sampai -8 derajat. Habis makan malam kita berbincang-bincang sebentar habis itu kita tidur dengan lelap.

03.00 aku di bangunin buat lihat bintang dan setelah aku bangun ternyata gak seberapa dingin dibandingkan malam kemarin di Ranupane jadinya aku bangun dan membuka tenda untuk meihat bintang bersama dia. TARAAAA bintangnya banyak banget, ada ribuan bintang ada jutaan bintang di sana dan bahagianya bisa melihat bintang sama dia dari Ranukumbolo, tapi yaa seperti biasa aku gak menunjukan sikap kalau aku “senang”. Cuma menikmati bintang tanpa mengabadikan itu percuma, yuk mari kita mulai mengabadikan bintang—bintang tersebut, aku menemani dia memotret, tapi gak menemani dia keluar soalnnya mager dingin. Aku Cuma nunggu di tenda sambil melihat bintang, sekitar dua jam terlalu asik melihat bintang dan tak terasa udara sudah mulai dingin merasuk ke tubuh dan badan sudah mulia dingin, terpaksa memilih baring dan dan menuggu untuk melihat sunrise, menunggu matahari terbit mengapa tidak?.

 akankah aku jadi melihat sunrise? atau cuma wacana tapi malah ketiduran lagi kaya sebelumnya? atau akan ada hal yang mengejutkan? hmmmmm sebaiknya kita tunggu saja cerita selanjutnya.

Tidak ada komentar: