Ini merupakan kelanjutan cerita perjalananku ketika menuju Ranukumbolo, di sini masih juga belum aku posting sampai ending, soalnya masih dalam proses pembuatan. sabar yah nunggu cerita selanjutnya, tapi untuk kalian para pembaca setiaku silahkan disimak aja "another rakum's story part II" ini.
“Kringg kringg kringg” alarm jam
3 berbunyi, aku segera bangun dan saat membuka mata aku melihat dia, aku pernah
mengalami hal yang sama dulu ketika aku bersama masalaluku. Melihat wajahnya
ketika membuka mata membuat detak jantungku begitu cepat. Didepanku dia
terlihat tertidur sangat lelap dan pulas banget tidurnya, gak tega rasanya buat
bangunin dan minta temanin lihat bintang serta memotret bintang. Yang kulakukan
ketika itu ya Cuma baring di sampingnya sambil memainkan ponselku hingga ngantukku
datang dan aku tertidur lagi di sampingnya dan akhirnya batal sudah melihat
bintang malam itu. Kami bangun pagi-pagi sekali dan  sudah berisik dengan para pendaki yang
lainnya yang sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Aku dan dia malah asik
membuat perapian untuk menghangatkan tubuh yang dingin karena di sana suhunya
mencapai 4 derajat, kita sangat santai dibandingkan pendaki yang lainnya kita
sempat membuat sarapan dan setelah itu barulah kita berkemas barang bawaan.
Selesai sarapan, kita di buat ribet sama orang yang katanya mau ikut mendaki
bersama kita, tiba-tiba saja dia membatalkan perjalanannya jadinya kita
mengurus ulang perizinannya kepada pihak pengelola dan hal tersebut membuat
lumayan memakan waktu yang banyak hingga akhirnya sehabis zuhur sekitar jam
14.00 kita baru memulai perjalanan tracking.
Tracking saat weekend ada enaknya
dan banyak tidak enaknya, enaknya karena kita yang hanya berdua tidak perlu
takut dan tidak perlu khawatir selama di perjalanan soalnya selalu ketemu
dengan pendaki yang lainnya dan pasti saling tegur sapa. Di Semeru memiliki
sapaan yang hanya di temukan di sana saja “marimas” itulah sapaan yang sering
kalian dengar jika melakukan perjalanan ke Semeru. Hal yang tidak enaknya ketika
weekend ke sana ya itu terlalu ramai hingga seperti membuat sebuah kampung di
sebuah Ranukumbolo. Yaa meskipun ada enak dan tidak enaknya aku tetap saja
menikmati setiap langkah yang kulalui dan menikmati setiap inci keindahan alam
disekitarku, rasa lelah segera berlalu kita merasa sedang menyatu dengan alam
karena alam adalah rumah kita. Sepanjang perjalanan beberapa kali berpapasan
dengan orang, sering orang lain mengira kita sebagai sepasang kekasih karena
hanya berdua saja dan sebenarnya kita hanya “teman” beberapa pertanyaan dan
pernyataan orang lain sering kita dengar seperti “berdua aja? Pacarnya ya?
Berdua aja, sweetnya!” dan kita hanya menjawab dengan “iya berdua aja. Enggak
Cuma teman, dan di balas dengan senyum”. 
Sorepun tiba langit sore akan
berganti menjadi senja dan malam akan tiba. Kita sangat menikmati perubahan
dari sore menuju senja, kita berdua duduk santai menikmati pantulan air
Ranukumbolo yang diberi cahaya oleh teriknya sinar mentari menuju senja yang
sangat greget moment karena kali pertama aku berdua sama dia disini. Duduk
menikmati senja sambil melepas lelah karena kita melakukan perjalanan 5 jam
dari Ranupane keRanukumbolo (satu jam lebih cepat dibandingkan aku dulu pertama
kali kesini). Malam mulai tiba kita berdua segera turun menuju tempat
perkemahan dan  membangun tenda lagi, merapikan
barang-barang ke dalam tenda lagi dan bersiap santai lagi. 
Dingin... Dingin... Dingin... hanya
itu yang bisa kita rasakan saat malam hari, aku bingung mau ngelakuin apa
selain baring dan selimutan tapi kita berdua sama-sama belum makan jadinya aku
bangun ngambil kompor buat masak di dalam tenda (gak kuat dingin rasanya kalau
harus masak di luar tenda) dan membuat sedikit minuman hangat yang bisa dia
seduh supaya badannya hangat. Dia bilang kalau gak enak badan (baru sembuh
kemarin malah ke gunung nih anak) jadinya aku suruh tidur aja sambil nunggu aku
masak buat makan malam. Sekitar satu jam kemudian masakannya pun sudah jadi
akhirnya aku bangunin dia supaya bisa makan malam bareng, kita makan berdua di
temanin dengan suara-suara pendaki lain yang sibuk di luar tenda sana, entah
apa yang mereka lakukan, entah apa yang mereka bicarakan kita gak peduli
soalnya ngantuk + dingin nya gak nyantai, suhunya sampai -8 derajat. Habis
makan malam kita berbincang-bincang sebentar habis itu kita tidur dengan lelap.
03.00 aku di bangunin buat lihat
bintang dan setelah aku bangun ternyata gak seberapa dingin dibandingkan malam
kemarin di Ranupane jadinya aku bangun dan membuka tenda untuk meihat bintang
bersama dia. TARAAAA bintangnya banyak banget, ada ribuan bintang ada jutaan bintang
di sana dan bahagianya bisa melihat bintang sama dia dari Ranukumbolo, tapi yaa
seperti biasa aku gak menunjukan sikap kalau aku “senang”. Cuma menikmati
bintang tanpa mengabadikan itu percuma, yuk mari kita mulai mengabadikan
bintang—bintang tersebut, aku menemani dia memotret, tapi gak menemani dia
keluar soalnnya mager dingin. Aku Cuma nunggu di tenda sambil melihat bintang,
sekitar dua jam terlalu asik melihat bintang dan tak terasa udara sudah mulai
dingin merasuk ke tubuh dan badan sudah mulia dingin, terpaksa memilih baring
dan dan menuggu untuk melihat sunrise, menunggu matahari terbit mengapa tidak?.
 akankah aku jadi melihat sunrise? atau cuma wacana tapi malah ketiduran lagi kaya sebelumnya? atau akan ada hal yang mengejutkan? hmmmmm sebaiknya kita tunggu saja cerita selanjutnya. 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar