Hari itu tepat seminggu setelah
pulang dari gunung Argopuro, aku kembali mendaki gunung lagi kali ini aku ke
Ranukumbolo yang berada di semeru. Aku cuma berdua aja dengan dia yang sekarang
dekat denganku, dekat dalam artian sebagai “teman” bukan lebih dari sekedar
teman. Awalnya aku gak mau kalau berdua, temanku yang lain lelah dan mereka gak
ada yang mau ikut. Sebenarnya aku ke Ranukumbolo memiliki maksud mau ngasih hadiah
ulang tahun ke dia soalnya baru aja dia ulang tahun. akhirnya ya sudahlah aku
pergi ke gunung berdua aja sama dia.
Perjalananku waktu itu banyak
yang gak tau, cuma 2 orang temanku aja yang tau soalnya kita minjem barang ke
mereka. Sedangkan teman dekatku aja gak ada yang tau perjalanan diam-diamku, Setiap
di tanya jadi kalian ke gunung dan kompak jawabnya “ENGGAK, LAH GENDENG KALAU
CUMA BERDUA AJA” karena emang aku dengan dia dulu pernah memiliki sedikit masalah
hati yang selesai dan berakhir dengan salah satu dari kita menjauh. (hahhaha
sedih) Cerita masa lalu kita sudah berlalu dan kini kita memulai lagi dengan
cerita yang baru. Dengan awal yang sangat membingungkan. “Aku takut aku takut
aku takut” selalu seperti itu yang ada di pikiranku. 
Aku menikmati perjalananku selama
mau ke Ranukumbolo, baik itu dalam mempersiapkan barang, belanja keperluan
untuk di sana, mempersiapkan semua barang-barang yang kita pinjem serta semua yang
di rahasiakan dari yang lainnya, aku sangat menikmati semuanya karena yang
kulakukan semua denganmu aku bahagia. 
Paginya kita masih sama-sama
kuliah dengan perasaan sedikit cemas dan gak yakin  (pagi pun masih belum jelas jadi berangkat
atau enggak di karenakan masih di PHP dosen pembimbing KKP dia) waktu itu
dosennya menyuruh dia untuk ke Kediri menyelesaikan tugas KKPnya namun saat itu
juga kita mau pergi ke Ranukumbolo yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, saat
– saat yang menegangkan pun tiba ketika perkuliahan sudah selesai dan dia
bersama kelompok KKPnya ketemu sama dosen yang membimbing daaaaannnnn......... 
“untuk minggu ini saya tidak
bisa, kemungkinan minggu depan baru bisa ke sana”  
Ya seperti itulah ucapan yang di
keluarkan oleh dosen pembimbing tersebut. Spontan saja dia langsung menoleh
kepadaku untuk memberitahukan itu dan jelas saja aku senang dan aku ketawa
karena bahagia akhirnya jadi juga berangkat ke Ranukumbolo (dalam hatiku aja
sih senang soalnya gak mungkin aku joget-joget dalam ruang kelas). Setelah itu
aku masih nungguin dia di depan gedung soalnya dia sama kelompoknya masih
dikasih pengarahan sama dosen pembimbingnya untuk tugas KKP. Pukul 11.00
akhirnya dia keluar juga dari gedung dan menghampiriku yang dari tadi sudah
menunggu lumayan lama di depan gedung fakultasku.
Kami mempersiapkan semuanya baru
hari itu, malam kemarin sehari sebelum keberangkatan dia sakit demam. Badannya
panas dan malam itu dia sedang bersamaku (dalam hatiku berkata kalau besok
masih sakit yaudah di batalkan aja ke Ranukumbolonya) tapi subuhnya dia
menghubungi kalau sudah sehat dan memutuskan jadi ke Ranukumbolo. Kami
mempersiakan extra cepat dari mulai menyewa kompor, meminjam carrier, belanja
logistik, siapin baju, ngambil jaket di penjahit dan gak lupa minjam kamera buat
foto-foto di sana. Kami berencana mau berangkat sehabis Jum’atan supaya bisa
tracking ke Ranukumbolonya hari itu juga dan berencana seharian hari Sabtu
santai-santai di Ranukumbolo menikmati alam dan keindahannya, tapi rencana hanya
menjadi sebuah rencana dan tuhan yang menentukan (ngomong apa sih –“) karena
persiapannya belum ada dan semua serba mendadak di lakukan di hari itu juga, akhirnya
packing dan lain-lain baru selesai sehabis magrib.
Sehabis magrib kita berangkat ke
Ranupane menggunakan motor Oyon dan kurang lebih 2 jam perjalanan kita lalui
dengan banyak bercerita di sepanjang jalan sambil gak jelas di jalan ketawa-ketawa,
sempat nyasar, ban motor bocor, nyari rumah sakit dan gak terasa akhirnya kita nyampe
juga di Ranupane. Sesampainya disana kita menuju tempat istirahat (sudah
terlalu malam untuk ke perizinannya) malam itu kita akan menginap sebentar di
Ranupane dan besok akan melakukan perjalanan menuju Ranukumbolo. Malam itu kami
bertemu dengan pendaki lainnya yang berencana mendaki besok juga, dia sama
seperti kita Cuma berdua aja dan dia berencana besok bareng dengan kita untuk
melakukan pedakian karena mereka berdua belum pernah ke Ranukumbolo sedangkan
kita sudah pernah ke sana dulu. Kita membangun tenda dengan santai, habis itu
kita beres-beres di dalam tenda dan merapikan semua barang-barang di dalam
tenda dan selanjutnya kita mau tidur supaya besoknya bisa segar dan fresh buat
melakukan perjalanan. Saat mau tidur ituuuuuu tau tau Oyon datang dengan
seorang temanku yang di sembunyikan, aku mah biasa aja pas tau Oyon datang
ngantar jaket tapi aku langsung spontan bangun dan langsung membangunkan dia
karena temanku yang ikut ke Ranupane itu adalah Linggar. Aku langsung salah
tingkah karena ketahuan jadi kegunung dan hanya BERDUA sama dia. Aku
kebingungan dan gak tau mau berbuat apa, tapi Linggar bilang tenang aja gak aku
kasih tau ke anak-anak yang lain dan dia juga buat aku tenang jadinya aku
berusaha tenang dan akhirnya kami berempat makan bersama sebelum Oyon dan Linggar
kembali pulang ke Malang.
Malam semakin larut, bintang-bintang
semakin jelas menampakan kilaunya seperti ribuan permata yang bertaburan diatas
kepalaku. Tapi mata ini gak sanggup untuk melihatnya serta membidiknya dengan
mata lensa kamera akhirnya kami memutuskan untuk tidur dan ingin bangun jam 3
buat memotret bintang-bintang tersebut. Kami akhirnya kembali bersiap untuk
tidur, “selamat tidur buat kamu, semoga tidur nyenyak” (aku ngucapin dalam hati
aja).
pppssssttttt,
 ini belum ending loh, hanya sepenggal cerita perjalananku. mau
 tau lanjutannya? tunggu postku selanjutnya ya dan masih sambungan dari cerita ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar