Kawah.
Ini adalah kisah perjalananku
yang merupakan sambungan kisah dari “UNTUK PERTAMA KALI”. Cerita ini aku bagi
dalam dua bagian karena pada bagian pertama sudah terlalu panjang isi ceritanya.
Kan kasihan buat yang baca nanti bosan dan di bagian awal cerita aku sudah
menjelaskan untuk pertama kali aku bertemu dengan bapak kandungku dan pada
bagian dua ini aku menceritakan perjalanan liburanku bersama teman-temanku
untuk pertama kalinya kita ke sini dan melakukan perjalanan panjang, tidak ada
culik menculik lagi karena aku sudah berjumpa dengan bapak kandungku dan aku
merasa tidak ada yang di takutkan lagi...
Jumat pagi setelah ku terbangun
aku langsung keluar rumah Sela untuk menikmati pemandangan alam di tanah
kelahiranku, aku tidak puas jika hanya melihat sekitar rumah saja lantas aku
mengajak teman-temanku yang lain untuk jalan-jalan melihat sawah yang sangat
luas dan indah. Kali ini aku hanya di temanin sama Lukman, Linggar dan Tyo.
Yoga lagi gak enak badan jadi gak ikut lihat sawah dan Sela nemanin Yoga di
rumah. Kita jalan-jalan di desa dan tidak lupa untuk mengabadikan setiap momen
di sini, seperti biasa Lukman yang hobi motret awan langsung beraksi ketika
melihat pemandangan yang sungguh indah sedangkan Linggar, Tyo dan aku asik
selfie doang sambil liatin anak-anak desa yang berangkat sekolah. Kami lanjut
jalan-jalan  di desa dan melihat ada
pondok kecil, akhirnya kita memutuskan pergi ke sana untuk merasakan sejuknya
udara pagi dan menikmati keindahan alam ini aku dan Lukman malah lewat
jalan-jalan berlumpur dan jalan kecil pembatas sawah karena gak tau kalau
sebenarnya ada jalan yang simpel menuju pondook itu tapi gak papa menurutku ini
lebih seru dan Tyo sama Linggar lewat jalan yang simpel. Setelah beberapa lama
kami di pondok itu tau tau Sela dan Yoga muncul menghampiri kami dan kami
berenam sama-sama menikmati keindahan yang tuhan berikan, kami semua bahagia
kami semua merasa sangat bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, dan tak lupa
kami foto-foto di sana karena emang tempatnya sangat indah dan bikin mata
merasa di manjakan oleh hijaunya sawah dan birunya langit di padukan dengan
gemercik suara air di bawah pondok yang kami duduki membuat tak ingin beranjak
dari sini. Hari sudah mulai siang dan langit sudah menampakkan sinarnya yang begitu
panas dirasakan tubuh ini dan kami memutuskan kembali ke rumah Sela.
Setelah shalat jum’at kami berenam
berangkat menuju Kawah Ijen, meskipun cuaca tidak mendukung karena saat itu hujan
turun kami tetap memilih berangkat dan tetap menggunakan jas hujan selama di
perjalanan. Kami berpamitan kepada orang tua Sela dan selanjutnya kami menuju
rumah bapakku untuk di pandu perjalanannya sama kakak tiriku dan sepupuku,
perjalanan dari rumah Sela menuju kawah ijen sekitan 1,5 jam menggunakan motor.
Tibalah kami di tempat pendaftaran memasuki tempat wisata Kawah Ijen disini ada
cafe namanya aku lupa tapi pemandangan yang di suguhkan aku tidak lupa karena
benar benar WOW indah sekali, gunung-gungung yang mengintip dari banyak awan
putih yang terlihat begitu cantik, lagi-lagi mataku di manjakan oleh kenidahan
alam ini. Kami sempat beristirahat dan melepas jas hujan yang dari tadi kami
kenakan karena waktu tiba di sini hujan sudah reda dan langit kembali cerah
(pertanda baik) setelah puas menikmati keindahannya dan tak lupa kami
mengabadikan lewat foto akhirnya kami melanjutkan perjalanan lagi menuju kawah
ijen. Dari tempat kami beristirahat tadi menuju kawah ijen aku banyak melihat
tempat-tempat wisata lainnya seperti kawah wurung, kali mati dan masih banyak
lagi (gak hapal sih tepatnya), dan di perjalanan aku melihat  di sebelah jalan seperti air terjun tetapi
airnya di sini bercampur belerang jadi warnanya ada sedikit kuning kuning gitu,
sayangnya kita gak berhenti dan malah melanjutkan perjalanan ke paltuding.
Kami akhirnya tiba di paltuding, dengan
rasa kecewa karena gak boleh mendaki pada malam hari untuk melihat blue fire. Akhirnya
kami membangun tenda untuk menunggu subuh dan pendakian baru di buka jam 4
subuh. Untungnya Yoga membawa tenda, coba aja kalau enggak bawa kan kasian
sudah perjalanan jauh dan harus kembali lagi ke rumah Sela. Akhirnnya kita membangun
tenda, Yoga, Sela, Tyo, dan Lukman sibuk memasang tenda, Linggar karena tidak
pernah camping dan tidak tahu cara mendirikan tenda hanya melihat lihat
sedangkan aku asik memotret kegiatan mereka, menurutku buat kenang kenangan
karena kapan lagi bisa seperti ini, kita jauh dari keramaian kota dan jauh dari
hiruk pikuk kehidupan, semacam quality time buat kumpul bersama teman-teman.
Ketika tenda sudah kokoh berdiri akhirnya Yoga, Lukman, Tyo dan Sela berusaha
membuat api unggun buat menghangatkan tubh dan memberikan kehangatan (apaan sih
kehangatan) sedangkan aku ke tenda doang soalnya diluar dinginnya minta ampun,
kakiku sudah dingin banget kalau Linggar nih dia sudah teler gak enak badan,
yaudah deh aku suruh dia minum panadol extra yang aku bawa. Linggar, Sela dan
aku cari jajanan seperti kerupuk (mereka kalau makan suka banget kalau sama
kerupuk) nah pas lagi cari makanan Linggar sama Sela makan bakso (kalian kalau
mau ke sini gak usah khawatir soalnya banyak orang jualan makanan dan harganya
gak mahal-mahal amat kok, masih harga standar gitu lah) habis Sela sama Linggar
makan kita balik ke tenda lagi dan liat masih belum nyala juga tuh api unggun.
Sampai akhirnya Cuma yoga yang berjuang buat nyalakan api unggunnya sedangkan
yang lainnya sudah di dalam tenda asik dengarin lagu dari playlist Lukman dan
tiba tiba saja kita di buat ketawa oleh lagu yang di buat oleh pendaki dari
tenda sebelah yang nyanyian tersebut jelas-jelas merupakan sindiran bagi Yoga
dan kita semua, lirik lagu tersebut sekilas “arek iku, arek iku ooo arek
iku.... gak murup-murup” (kalau gak salah sih gitu) dan membuat kita semua
ketawa lepas dan bebas sampai akhirnya Yoga juga sudah menyerah dengan api
unggunnya, alhasil malam ini kita gak berapiunggun ria kita semua masuk tenda
siap-siap buat tidur dan melanjutkan perjalanan pendakian jam 4 subuh. Karena
gak ada persiapan buat camping ya akhirnya alakadarnya lah kita tidur, dalam
tenda kecil ber 6 tanpa sleeping bag, tanpa matras dan tanpa selimut dan
jadilah kita di dalam seperti ikan pindang yang kedinginan tidur gak beraturan
pokoknya senyaman-nyamannya saja lah. 
Aku sedih karena gak bisa melihat
blue fire yang sebenarnya kepingin ke kawah ijen buat lihat blue firenya karena
hanya ada dua di dunia yang satu di islandia dan yang satu lagi di Kawah Ijen.
Tapi rasa sedihku terbayarkan oleh keindahan alam yang ada di sini. 
Subuh ketika jalur pendakian
sudah di buka akhirnya kita melanjutkan perjalanan menuju kawah ijen. Disana
sudah banyak pendaki-pendaki yang lain untuk sama-sama mendaki menuju kawah
ijen, banyak abang-abang yang nawarin jasa buat jadi pemandu, tapi karena Sela
sudah pernah ke sana ya buat apa pakai petunjuk jalan lagian jalannya Cuma satu
arah kok, inshaallah gak nyasar kok. Di sepanjang perjalanan kita banyak
berhenti dan setiap kali berhenti kita selalu berfoto, jadinya waktu tempuh
perjalanannya semakin lama kira-kira satu setengah jam untuk 3km yang kita
tempuh. Waktu awal-awal perjalanan Tyo sama Linggar lebih dulu melangkah maju,
mereka bersemangat ingin melihat sunrise dari puncak kawah ijen, sedangkan aku,
Lukman, Yoga dan Sela berada di belakang tetapi karena udara di subuh itu
dingin aku mempercepat jalanku supaya gak merasa kedinginan jadinya aku berjalan
di depan anak-anak yang lain. Melewati jalanan yang menanjak dan di temanin
dengan keindahan alam di sebelah kiri dan kanan semua indah tiada hentinya mata
ini di manjakan oleh tuhan.
(langsung lanjut aja ya
ceritanya, pokoknya jalan sampai di puncak kawah ijen)
Ketika kami semua sudah tiba dan
kita semua merasa begitu bahagia karena perjalanan panjang yang kita lalui
terbayar oleh kenikmatan alam yang tiada ujungnya dan tak lupa kami semua
berucap syukur kepada tuhan karena atas izinnya kita ber 6 bisa berkumpul
disini. Pemandangan di sini bagus sekali dan berbeda dari gunung yang lain
kalau menurutku karena banyak gunung-gunung dan kita juga bisa melihat langsung
orang yang bekerja mencari blerang yang ada di kawah ijen tersebut, aku merasa
sedih melihat kehidupannya para pekerja tersebut karena mereka harus membawa
beban sebanyak ± 60 kilo untuk sekali mengangkut dan ternyata harga jual blerang
sangatlah murah dibandingkan jika sudah menjadi kosmetik kecantikan yang ada di
pasaran, kalau menurutku tidak sesuai dengan pengorbanan dan pertarungan nyawa
yang di lakukan para pekerja tersebut.
Saat perjalanan panjang kawah
ijen sudah berakhir kini kita kembali pulang ke rumah Sela dan langsung
melanjutkan perjalanan ke rumah Izza (pacarnya Linggar) rumahnya berada di
Jember dan jarak dari Bondowoso ke Jember kurang lebih 2 jam, dengan badan yang
lelah dan badan masih berasa rontok serta di temani oleh hujan kita tetap
berangkat untuk mampir sejenak di rumah Izza (nemanin Linggar etemu camernya
lah kisahnya). perjalanan panjang kita mulai lagi, dalam perjalanan menuju
rumah Izza kita mendapati masalah karena gak tau rumahnya di mana, Linggar
mecoba menghubungi agar kita bisa tahu letak pasti rumahnya, tetapi Izza
menyuruh kita agar menunggu di depan masjid dekat pasar jember. Menunggu
sedikit lama, sekiranya 20 menitan akhirnya Izza datang menjemput kita berempat.
Setiba di rumah Izza kita istirahat sebentar dan makan malam setelah itu kita
melanjutkan lagi perjalanan pulang meskipun hujan selalu menemani sepanjang
perjalanan dan rasa kantuk yang menyerang kita semua tapi tetap semangat buat
pulang, sampai-sampai kita beristirahat di pom bensin buat tidur ± 1 jam untuk
isi energi dan melanjutkan pulang. (FYI Yoga gak ikut kita pulang hari itu, dia
masih ngerasa sakit dan masih mau lama-lama di rumah Sela) setelah perjalanan
kurang lebih 5 jam akhirnya kita sampai juga di Malang.
AKU SANGAT BAHAGIA BISA LIBURAN
SAMA TEMAN-TEMANKU. TERIMA KASIH BUAT KALIAN, TERIMA KASIH BUAT YANG SUDAH  BACA CERITAKU SAAT BERLIBUR KE KAWAH IJEN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar