Senin, 02 Maret 2015

Untuk Pertama Kali.

Perjalanan ini terasa sangat aneh dan berbeda, untuk pertama kalinya bagiku pergi jauh hanya menggunakan motor dan aku wanita di antara 4 pria. Aku menjadi berbeda sekarang, lebih mudah bepergian karena gak perlu pamit pacar atau apalahapalah. Biasanya ketika aku mau jalan jalan aku selalu berpamitan dengan tanteku, bercerita akan perjalananku bagaimana dan siapa saja yang berangkat denganku pokoknya menceritakan detail ke tanteku supaya gak khawatir. Namun, entah mengapa kali ini aku gak ada bilang entah kenapa aku hanya bilang ke kakaku dan baru memberi kabar ke Ibuku ketika aku sudah sampai di Bondowoso. Aku baru memberi kabar kalau aku sudah di Bondwoso ketika sudah malam dan mau istirahat.

Aku menempuh perjalanan 5 jam menuju Bondowoso, berangkat dari malang jam 8 pagi dan sampai di sana jam 2 siang. Aku berangkat bersama 4 orang temanku dan mereka semua laki-laki, ada Linggar, Lukman, Tyo dan Yoga. Kami semua untuk pertama kalinya ke Bondowoso, teman-temanku orang malang dan baru kali ini ke Bondowoso jadi kami semua gak tau jalan ke sana. Hanya di temanin dengan papan pintar yang ada di jalan dan akhirnya kita sampai juga di sana setelah dua kali beristirahat di jalan untuk sekedar melepas lelah atau makan. Tiba di sana aku dan teman-temanku beristirahat di rumah pacarnya Yoga yang bernama Sela.

Setelah beberapa menit beristirahat aku di kagetkan dengan kehadiran seorang pria berperawakan tua dan badannya kurus sama sepertiku, pria itu memanggilku dan berkata bahwa dia adalah sepupuku. Aku yang tidak mengenali dan tidak mengetahui hanya bisa diam dan bersikap biasa saja menanggapinya dan sedangkan sepupuku malah nangis. Aku? yaa seperti sebelumnya Cuma diam dan dengan sedikit gak percaya punya sepupu kok sudah tua banget. Dengan santai aku menelpon kakak kandungku buat memastikan apa emang beneran aku punya sepupu tua dan kakaku hanya bilang “iya” akhirnya aku cerita ke kakaku kalau aku mau di ajak ketemu sama bapakku tapi aku juga bilang dengan satu syarat semua teman temanku juga harus ikut ketemu dengan bapakku soalnya aku takut di culik (ini pemikiranku karena emang gak pernah ketemu bapakku atau mungkin korban drama kali ya) kakaku menjelaskan panjang lebar aku harus ketemu dengan bapakku dan menurutku ini sebuah paksaan, diskriminasi seorang kakak terhadap adiknya hehehe...

Sebelum aku ke sana aku mandi dulu sekedar membersihkan diri dan sedikit menyegarkan diri dari perjalanan panjangku yang melelahkan itu. Kejutan belum usai, setelah aku selesai mandi aku di kagetkan lagi dengan kehadiran seorang pria yang ngakunya kakaku “HAH kakakku? Bukannya kakaku ada di Samarinda” pikirku dalam hati. Ternyata kakak yang di maksud adalah kakak tiriku. Begitu rumit hidup ini bagiku dengan kenyataan yang harus aku ketahui lagi bahwa aku memiliki kakak laki-laki satu lagi dan dia adalah hasil perkawinan dari bapak kandung dan istrinya yang lain. Aku semakin heran dengan kehadirannya karena menurutku dia lebih tua dari kakak kandungku berarti dia lebih dulu lahir kan, sebenarnya emang beneran dia lebih tua umurnya atau lebih tua wajahnya? (Cuma bertanya dalam hati). 

Aku lagi-lagi menelpon kakaku untuk memastikannya karena hanya dia yang bisa kupercaya buat jelasin semua ini, Cuma dia yang mengerti semua ini karena dia pernah tinggal dan dibesarkan dengan bapakku, Cuma dia yang bisa menjelaskan dari pertanyaan yang membingungkanku ini dan akhirnya aku mendapat jawaban bahwa Ibu kandungku merupakan istri kedua dari bapakku dan pantas saja kakak tiriku lebih tua dari kakak kandungku. Ternyata dulu bapakku memiliki istri dan sudah punya anak satu yaitu kakak tiriku dan kemudian bercerai terus menikah sama ibuku sampai lahir kakaku dan ketika aku berada dalam kandungan ternyata bapakku kembali dengan istri pertamanya. Dan akhirnya aku menemukan titik terang kenapa bapakku meniggalkanku itu karena dia kembali bersama istri pertamanya, aku menjadi kasihan dengan ibuku betapa malangnya nasib seorang ibu yang di tinggal suaminya dan membesarkan anaknya sendirian. Sungguh kerasnya hidup ini.

Jarak rumah Sela dengan rumah bapakku tidak begitu jauh hanya berbeda desa tapi dalam satu wilayah, Aku dengan teman-temanku berangkat naik motor keliling desa mengikuti sepupu dan kakak tiri menuju rumah bapakku. Dengan perasaan malas dan rasa penasaran akhirnya tiba juga di rumah bapakku. Aku merasa berada di tempat yang asing dengan tempat ini, aku melihat rumah hijau saling bersebrangan yang ternyata itu rumah kakak tiriku dan satu lagi adalah rumah ibu tiriku yang ku panggil “emak”, sebelumya ketika aku baru tiba kakak tiriku memperkenalkan aku dengan pria yang cukup tua yang  ternyata dia adalah bapakku. AKHIRNYA SETELAH SEKIAN LAMA AKU KETEMU JUGA DENGAN ORANG TUAKU. Kejadian seperti di rumah Sela pun terulang kembali orang yang bersalaman denganku menangis karena kehadirannku dan seperti sebelumnya aku hanya tersenyum karena aku merasa bertemu dengan orang asing yang baru aku jumpai tidak ada berasaan tersentuh atau ikatan batin antara orang tua dan anak. Aku dan teman temanku di ajak masuk ke rumah kakak tiriku, rumah ini begitu sederhana dan hanya ada kursi dan meja tamu dan ada 2 kamar (sepertinya ini rumah baru) aku kemudian melihat sekelilingku dan lagi lagi sangat asing bagiku, aku merasa tidak nyaman berada di tempat ini. 

Setelah sebentar aku di rumah kakak tiriku, aku di ajak masuk ke rumah ibu tiriku di temanin dengan bapakku aku menuju rumah di sebrang sana. Aku di kenalkan dengan wanita yang pendek dan tua yang dulu aku panggil emak. Emak menangis begitu melihatku, emak bertanya kepadaku “masih ingat emak?” dan dengan santai aku jawab “TIDAK” karena emang aku tidak ingat siapa siapa dan aku tidak mengenal siapapun di sana. Setelah di perkenalkan dengan emak aku di ajak keliling kampung untuk menemui saudara-saudara dari bapakku dari kakak tertua sampai adiknya. Di setiap rumah yang ku kunjungi semua selalu sama mereka menangis melihatku dan bilangnya aku sangat mirip dengan almarhumah nenekku (ini membuat diriku penasaran bagaimana wajah nenekku itu karena aku belum pernah melihatnya hingga beliau meninggal) dan ku putuskan untuk bertanya kepada bulek dan paklek adakah yang menyimpan foto almarhumah nenekku karena aku sangat penasaran dan ingin melihatnya, dari sekian banyak keluarga yang aku temui tidak satupun yang memiliki foto almarhum nenekku dan kesempatan aku melihatnya pun sirna. Perbincangan basa-basi pun selalu ada ketika aku ke rumah saudara saudaraku seperti bertanya sudah umur berapa? kuliah di mana? Sudah semester berapa? ibu apa kabar? Mas topan apa kabar? Sudah punya anak berapa mas topan? Dan basa basi lainnya. 

Aku sebenarnya kasihan dengan teman-temanku yang tidak ikut berkeliling denganku, semoga mereka baik baik saja di rumah kakak tiriku. Tidak beberapa lama kakak tiriku menyusulku dan memberitahukan untuk segera balik ke rumahnya karena kasian dengan temanku (akhhirnya aku kembali juga) di rumah kakak tiriku kita akhirnya makan bersama sebelum kembali ke rumah Sela. Namun lagi-lagi aku di suruh mampir ke rumah saudaraku, aku tidak mengenalnya dan karena terlalu banyak yang di ceritakan sehingga aku pulang terlalu larut ke rumah Sela. Aku merasa bersalah kepada teman-temanku karena mengganggu jam istirahat mereka dan orang tua Sela karena membawa Sela hingga larut malam. Aku di suruh menginap di rumah emak tapi aku tidak mau karena kasian dengan teman-temanku kalau mereka tidur di sana dan sebenarnya akulah yang benar-benar tidak mau menginap di sana, karena aku sangat merasa asing. Sepupuku kembali menemuikku di rumah Sela untuk menjemput aku dan teman-temanku namun dengan bujuk rayuku kepada kakakku supaya bilang ke bapakku bahwa aku tidak mau menginap di sana akhirnya aku dan teman-temanku berhasil tidur di rumah Sela.

(kembali ke kisah perjalanan liburanku)

Perjalanan ke Kawah Ijen kami sepakat di undur besok harinya karena tidak memungkinkan untuk memaksakan diri berangkat malam ini dengan badan yang lelah tidak ada beristirahat dan ini adalah malam jum’at (katanya gak baik ke sana malam jum’at). Akhirnya dengan kesepakatan berangkat hari jum’at dan di pandu oleh kakak tiriku dan sepupuku menuju kawah ijen maka liburan kita di Bondowoso bertambah satu hari lagi.

Tidak ada komentar: