Selasa, 31 Maret 2015

Kawah



Kawah.
Ini adalah kisah perjalananku yang merupakan sambungan kisah dari “UNTUK PERTAMA KALI”. Cerita ini aku bagi dalam dua bagian karena pada bagian pertama sudah terlalu panjang isi ceritanya. Kan kasihan buat yang baca nanti bosan dan di bagian awal cerita aku sudah menjelaskan untuk pertama kali aku bertemu dengan bapak kandungku dan pada bagian dua ini aku menceritakan perjalanan liburanku bersama teman-temanku untuk pertama kalinya kita ke sini dan melakukan perjalanan panjang, tidak ada culik menculik lagi karena aku sudah berjumpa dengan bapak kandungku dan aku merasa tidak ada yang di takutkan lagi...

Jumat pagi setelah ku terbangun aku langsung keluar rumah Sela untuk menikmati pemandangan alam di tanah kelahiranku, aku tidak puas jika hanya melihat sekitar rumah saja lantas aku mengajak teman-temanku yang lain untuk jalan-jalan melihat sawah yang sangat luas dan indah. Kali ini aku hanya di temanin sama Lukman, Linggar dan Tyo. Yoga lagi gak enak badan jadi gak ikut lihat sawah dan Sela nemanin Yoga di rumah. Kita jalan-jalan di desa dan tidak lupa untuk mengabadikan setiap momen di sini, seperti biasa Lukman yang hobi motret awan langsung beraksi ketika melihat pemandangan yang sungguh indah sedangkan Linggar, Tyo dan aku asik selfie doang sambil liatin anak-anak desa yang berangkat sekolah. Kami lanjut jalan-jalan  di desa dan melihat ada pondok kecil, akhirnya kita memutuskan pergi ke sana untuk merasakan sejuknya udara pagi dan menikmati keindahan alam ini aku dan Lukman malah lewat jalan-jalan berlumpur dan jalan kecil pembatas sawah karena gak tau kalau sebenarnya ada jalan yang simpel menuju pondook itu tapi gak papa menurutku ini lebih seru dan Tyo sama Linggar lewat jalan yang simpel. Setelah beberapa lama kami di pondok itu tau tau Sela dan Yoga muncul menghampiri kami dan kami berenam sama-sama menikmati keindahan yang tuhan berikan, kami semua bahagia kami semua merasa sangat bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, dan tak lupa kami foto-foto di sana karena emang tempatnya sangat indah dan bikin mata merasa di manjakan oleh hijaunya sawah dan birunya langit di padukan dengan gemercik suara air di bawah pondok yang kami duduki membuat tak ingin beranjak dari sini. Hari sudah mulai siang dan langit sudah menampakkan sinarnya yang begitu panas dirasakan tubuh ini dan kami memutuskan kembali ke rumah Sela.

Setelah shalat jum’at kami berenam berangkat menuju Kawah Ijen, meskipun cuaca tidak mendukung karena saat itu hujan turun kami tetap memilih berangkat dan tetap menggunakan jas hujan selama di perjalanan. Kami berpamitan kepada orang tua Sela dan selanjutnya kami menuju rumah bapakku untuk di pandu perjalanannya sama kakak tiriku dan sepupuku, perjalanan dari rumah Sela menuju kawah ijen sekitan 1,5 jam menggunakan motor. Tibalah kami di tempat pendaftaran memasuki tempat wisata Kawah Ijen disini ada cafe namanya aku lupa tapi pemandangan yang di suguhkan aku tidak lupa karena benar benar WOW indah sekali, gunung-gungung yang mengintip dari banyak awan putih yang terlihat begitu cantik, lagi-lagi mataku di manjakan oleh kenidahan alam ini. Kami sempat beristirahat dan melepas jas hujan yang dari tadi kami kenakan karena waktu tiba di sini hujan sudah reda dan langit kembali cerah (pertanda baik) setelah puas menikmati keindahannya dan tak lupa kami mengabadikan lewat foto akhirnya kami melanjutkan perjalanan lagi menuju kawah ijen. Dari tempat kami beristirahat tadi menuju kawah ijen aku banyak melihat tempat-tempat wisata lainnya seperti kawah wurung, kali mati dan masih banyak lagi (gak hapal sih tepatnya), dan di perjalanan aku melihat  di sebelah jalan seperti air terjun tetapi airnya di sini bercampur belerang jadi warnanya ada sedikit kuning kuning gitu, sayangnya kita gak berhenti dan malah melanjutkan perjalanan ke paltuding.

Kami akhirnya tiba di paltuding, dengan rasa kecewa karena gak boleh mendaki pada malam hari untuk melihat blue fire. Akhirnya kami membangun tenda untuk menunggu subuh dan pendakian baru di buka jam 4 subuh. Untungnya Yoga membawa tenda, coba aja kalau enggak bawa kan kasian sudah perjalanan jauh dan harus kembali lagi ke rumah Sela. Akhirnnya kita membangun tenda, Yoga, Sela, Tyo, dan Lukman sibuk memasang tenda, Linggar karena tidak pernah camping dan tidak tahu cara mendirikan tenda hanya melihat lihat sedangkan aku asik memotret kegiatan mereka, menurutku buat kenang kenangan karena kapan lagi bisa seperti ini, kita jauh dari keramaian kota dan jauh dari hiruk pikuk kehidupan, semacam quality time buat kumpul bersama teman-teman. Ketika tenda sudah kokoh berdiri akhirnya Yoga, Lukman, Tyo dan Sela berusaha membuat api unggun buat menghangatkan tubh dan memberikan kehangatan (apaan sih kehangatan) sedangkan aku ke tenda doang soalnya diluar dinginnya minta ampun, kakiku sudah dingin banget kalau Linggar nih dia sudah teler gak enak badan, yaudah deh aku suruh dia minum panadol extra yang aku bawa. Linggar, Sela dan aku cari jajanan seperti kerupuk (mereka kalau makan suka banget kalau sama kerupuk) nah pas lagi cari makanan Linggar sama Sela makan bakso (kalian kalau mau ke sini gak usah khawatir soalnya banyak orang jualan makanan dan harganya gak mahal-mahal amat kok, masih harga standar gitu lah) habis Sela sama Linggar makan kita balik ke tenda lagi dan liat masih belum nyala juga tuh api unggun. Sampai akhirnya Cuma yoga yang berjuang buat nyalakan api unggunnya sedangkan yang lainnya sudah di dalam tenda asik dengarin lagu dari playlist Lukman dan tiba tiba saja kita di buat ketawa oleh lagu yang di buat oleh pendaki dari tenda sebelah yang nyanyian tersebut jelas-jelas merupakan sindiran bagi Yoga dan kita semua, lirik lagu tersebut sekilas “arek iku, arek iku ooo arek iku.... gak murup-murup” (kalau gak salah sih gitu) dan membuat kita semua ketawa lepas dan bebas sampai akhirnya Yoga juga sudah menyerah dengan api unggunnya, alhasil malam ini kita gak berapiunggun ria kita semua masuk tenda siap-siap buat tidur dan melanjutkan perjalanan pendakian jam 4 subuh. Karena gak ada persiapan buat camping ya akhirnya alakadarnya lah kita tidur, dalam tenda kecil ber 6 tanpa sleeping bag, tanpa matras dan tanpa selimut dan jadilah kita di dalam seperti ikan pindang yang kedinginan tidur gak beraturan pokoknya senyaman-nyamannya saja lah. 

Aku sedih karena gak bisa melihat blue fire yang sebenarnya kepingin ke kawah ijen buat lihat blue firenya karena hanya ada dua di dunia yang satu di islandia dan yang satu lagi di Kawah Ijen. Tapi rasa sedihku terbayarkan oleh keindahan alam yang ada di sini. 

Subuh ketika jalur pendakian sudah di buka akhirnya kita melanjutkan perjalanan menuju kawah ijen. Disana sudah banyak pendaki-pendaki yang lain untuk sama-sama mendaki menuju kawah ijen, banyak abang-abang yang nawarin jasa buat jadi pemandu, tapi karena Sela sudah pernah ke sana ya buat apa pakai petunjuk jalan lagian jalannya Cuma satu arah kok, inshaallah gak nyasar kok. Di sepanjang perjalanan kita banyak berhenti dan setiap kali berhenti kita selalu berfoto, jadinya waktu tempuh perjalanannya semakin lama kira-kira satu setengah jam untuk 3km yang kita tempuh. Waktu awal-awal perjalanan Tyo sama Linggar lebih dulu melangkah maju, mereka bersemangat ingin melihat sunrise dari puncak kawah ijen, sedangkan aku, Lukman, Yoga dan Sela berada di belakang tetapi karena udara di subuh itu dingin aku mempercepat jalanku supaya gak merasa kedinginan jadinya aku berjalan di depan anak-anak yang lain. Melewati jalanan yang menanjak dan di temanin dengan keindahan alam di sebelah kiri dan kanan semua indah tiada hentinya mata ini di manjakan oleh tuhan.

(langsung lanjut aja ya ceritanya, pokoknya jalan sampai di puncak kawah ijen)

Ketika kami semua sudah tiba dan kita semua merasa begitu bahagia karena perjalanan panjang yang kita lalui terbayar oleh kenikmatan alam yang tiada ujungnya dan tak lupa kami semua berucap syukur kepada tuhan karena atas izinnya kita ber 6 bisa berkumpul disini. Pemandangan di sini bagus sekali dan berbeda dari gunung yang lain kalau menurutku karena banyak gunung-gunung dan kita juga bisa melihat langsung orang yang bekerja mencari blerang yang ada di kawah ijen tersebut, aku merasa sedih melihat kehidupannya para pekerja tersebut karena mereka harus membawa beban sebanyak ± 60 kilo untuk sekali mengangkut dan ternyata harga jual blerang sangatlah murah dibandingkan jika sudah menjadi kosmetik kecantikan yang ada di pasaran, kalau menurutku tidak sesuai dengan pengorbanan dan pertarungan nyawa yang di lakukan para pekerja tersebut.

Saat perjalanan panjang kawah ijen sudah berakhir kini kita kembali pulang ke rumah Sela dan langsung melanjutkan perjalanan ke rumah Izza (pacarnya Linggar) rumahnya berada di Jember dan jarak dari Bondowoso ke Jember kurang lebih 2 jam, dengan badan yang lelah dan badan masih berasa rontok serta di temani oleh hujan kita tetap berangkat untuk mampir sejenak di rumah Izza (nemanin Linggar etemu camernya lah kisahnya). perjalanan panjang kita mulai lagi, dalam perjalanan menuju rumah Izza kita mendapati masalah karena gak tau rumahnya di mana, Linggar mecoba menghubungi agar kita bisa tahu letak pasti rumahnya, tetapi Izza menyuruh kita agar menunggu di depan masjid dekat pasar jember. Menunggu sedikit lama, sekiranya 20 menitan akhirnya Izza datang menjemput kita berempat. Setiba di rumah Izza kita istirahat sebentar dan makan malam setelah itu kita melanjutkan lagi perjalanan pulang meskipun hujan selalu menemani sepanjang perjalanan dan rasa kantuk yang menyerang kita semua tapi tetap semangat buat pulang, sampai-sampai kita beristirahat di pom bensin buat tidur ± 1 jam untuk isi energi dan melanjutkan pulang. (FYI Yoga gak ikut kita pulang hari itu, dia masih ngerasa sakit dan masih mau lama-lama di rumah Sela) setelah perjalanan kurang lebih 5 jam akhirnya kita sampai juga di Malang.

AKU SANGAT BAHAGIA BISA LIBURAN SAMA TEMAN-TEMANKU. TERIMA KASIH BUAT KALIAN, TERIMA KASIH BUAT YANG SUDAH  BACA CERITAKU SAAT BERLIBUR KE KAWAH IJEN.

Selasa, 17 Maret 2015

Sebagai Penyemangat

hanya sebuah ramalan yang membuat aku menjadi semangat ngejalanin hari hari ini, kalau buat semangat kenapa enggak :)

t :penanya. 
a :penjawab.
beberapa pertanyaan yang terlintas di benakku dan membuat aku penasaran.
t :perasaanku ke mantanku sebenarnya bagaimana? 
a :sebenarnya kamu sudah biasa aja tapi kamu masih berat sama ceweknya karena dia yang bikin kesal di hatimu. 
t :aku salah jurusan gak sih? 
a :selama ini yang dilihat sih aman-aman aja berjalan lancar, sepertinya bukan pilihan yang salah.
t :ibuku sebenarnya gimana nilai cowok yang dekat aku? apa rempong? 
a :punya tanggung jawab, seorang pemimpin, banyak penghasilan. 
t :kalau mas topan gimana nilai cowok buat aku? 
a :yang penting bisa tanggung jawab biar gak seperti orang tuamu.
t :gimana cowok yang lagi dekat sama aku? apa dia juga punya perasaan? 
a :punya perasan juga sama kamu.
t :kira kira bisa jadian gak? 
a :bisa lah orang dia ada perasaan koo, tinggal kamunya aja gimana soalnya di sini kamu juga jangan diam aja, kamu juga harus ada actionnya.
t :orang tua dia gimana nilaii latar belakang keluargaku yang hancur? masih ada gak ya yang mau dan nerima apa adanya?
a :di sini yang berjuang ngeyakinin orang tuanya malah cowok ini, dia yang berjuang buat ngeyakinin orang tuanya.
t :orang tua mantanku baik karena tulus apa modus?
a :kalau sekarang yang aku lihat dia masih ragu, dia dekat juga gak tulus tapi ngelihat latar belakang kelaurgamu.
t :mantanku sekarang ke aku gimana? 
a :dia jahat, banyak yang tersakiti karena dia, banyak yang merasa sakit, terlalu banyak yang sakit. dan benar aja kalau kamu putus sama dia dari pada semakin banyak yang tersakiti.
t :bisa baikan seperti temanan aja gak sama mantanku? 
a :tergantung dari kamunya soalnya dia yang biasa aja tai kamunya belum, dan kamu masih takut terbayang" sama masa lalu kalian. bersikap biasa aja kalau emang risih ya ngumpul sama teman yg lain aja kan tmn kelas bukan dia aja msh bnyk tmnmu yang lain (kalau suatu saat ketemu).
t :mantanku yang sebelumnya masih ada perasaan gak? 
a :wah psikopat dia selalu ngejar ngejar kamu sampai sekarang juga dia masih cinta mati sama kamu.
t :pekerjaan aku nanti bagaimana? 
a :kamu di antara galau karena banyak pilihan yang semuanya baik dan gak ada yg merugikan kamu. kamu bingung antara yang mana kamu ingin lepas tapi kamu juga sayang buat ngelepasnya. 
 yak demikianlah ramalan yang terjadi ke aku, sedikit sedikit semua menjadi jelas dan semakin nyata. sebenarnya ramalan ini bukan jadi patokanku juga sih, tapi buat menjaga diri supaya gak sembarangan :) terima kasih peramal sekaligus mentor yang udah kasih tau begini. aku yakin bisa jadi lebih baik lagi kok, PASTI dan gak mau buat kecewa lagi

Senin, 02 Maret 2015

Untuk Pertama Kali.

Perjalanan ini terasa sangat aneh dan berbeda, untuk pertama kalinya bagiku pergi jauh hanya menggunakan motor dan aku wanita di antara 4 pria. Aku menjadi berbeda sekarang, lebih mudah bepergian karena gak perlu pamit pacar atau apalahapalah. Biasanya ketika aku mau jalan jalan aku selalu berpamitan dengan tanteku, bercerita akan perjalananku bagaimana dan siapa saja yang berangkat denganku pokoknya menceritakan detail ke tanteku supaya gak khawatir. Namun, entah mengapa kali ini aku gak ada bilang entah kenapa aku hanya bilang ke kakaku dan baru memberi kabar ke Ibuku ketika aku sudah sampai di Bondowoso. Aku baru memberi kabar kalau aku sudah di Bondwoso ketika sudah malam dan mau istirahat.

Aku menempuh perjalanan 5 jam menuju Bondowoso, berangkat dari malang jam 8 pagi dan sampai di sana jam 2 siang. Aku berangkat bersama 4 orang temanku dan mereka semua laki-laki, ada Linggar, Lukman, Tyo dan Yoga. Kami semua untuk pertama kalinya ke Bondowoso, teman-temanku orang malang dan baru kali ini ke Bondowoso jadi kami semua gak tau jalan ke sana. Hanya di temanin dengan papan pintar yang ada di jalan dan akhirnya kita sampai juga di sana setelah dua kali beristirahat di jalan untuk sekedar melepas lelah atau makan. Tiba di sana aku dan teman-temanku beristirahat di rumah pacarnya Yoga yang bernama Sela.

Setelah beberapa menit beristirahat aku di kagetkan dengan kehadiran seorang pria berperawakan tua dan badannya kurus sama sepertiku, pria itu memanggilku dan berkata bahwa dia adalah sepupuku. Aku yang tidak mengenali dan tidak mengetahui hanya bisa diam dan bersikap biasa saja menanggapinya dan sedangkan sepupuku malah nangis. Aku? yaa seperti sebelumnya Cuma diam dan dengan sedikit gak percaya punya sepupu kok sudah tua banget. Dengan santai aku menelpon kakak kandungku buat memastikan apa emang beneran aku punya sepupu tua dan kakaku hanya bilang “iya” akhirnya aku cerita ke kakaku kalau aku mau di ajak ketemu sama bapakku tapi aku juga bilang dengan satu syarat semua teman temanku juga harus ikut ketemu dengan bapakku soalnya aku takut di culik (ini pemikiranku karena emang gak pernah ketemu bapakku atau mungkin korban drama kali ya) kakaku menjelaskan panjang lebar aku harus ketemu dengan bapakku dan menurutku ini sebuah paksaan, diskriminasi seorang kakak terhadap adiknya hehehe...

Sebelum aku ke sana aku mandi dulu sekedar membersihkan diri dan sedikit menyegarkan diri dari perjalanan panjangku yang melelahkan itu. Kejutan belum usai, setelah aku selesai mandi aku di kagetkan lagi dengan kehadiran seorang pria yang ngakunya kakaku “HAH kakakku? Bukannya kakaku ada di Samarinda” pikirku dalam hati. Ternyata kakak yang di maksud adalah kakak tiriku. Begitu rumit hidup ini bagiku dengan kenyataan yang harus aku ketahui lagi bahwa aku memiliki kakak laki-laki satu lagi dan dia adalah hasil perkawinan dari bapak kandung dan istrinya yang lain. Aku semakin heran dengan kehadirannya karena menurutku dia lebih tua dari kakak kandungku berarti dia lebih dulu lahir kan, sebenarnya emang beneran dia lebih tua umurnya atau lebih tua wajahnya? (Cuma bertanya dalam hati). 

Aku lagi-lagi menelpon kakaku untuk memastikannya karena hanya dia yang bisa kupercaya buat jelasin semua ini, Cuma dia yang mengerti semua ini karena dia pernah tinggal dan dibesarkan dengan bapakku, Cuma dia yang bisa menjelaskan dari pertanyaan yang membingungkanku ini dan akhirnya aku mendapat jawaban bahwa Ibu kandungku merupakan istri kedua dari bapakku dan pantas saja kakak tiriku lebih tua dari kakak kandungku. Ternyata dulu bapakku memiliki istri dan sudah punya anak satu yaitu kakak tiriku dan kemudian bercerai terus menikah sama ibuku sampai lahir kakaku dan ketika aku berada dalam kandungan ternyata bapakku kembali dengan istri pertamanya. Dan akhirnya aku menemukan titik terang kenapa bapakku meniggalkanku itu karena dia kembali bersama istri pertamanya, aku menjadi kasihan dengan ibuku betapa malangnya nasib seorang ibu yang di tinggal suaminya dan membesarkan anaknya sendirian. Sungguh kerasnya hidup ini.

Jarak rumah Sela dengan rumah bapakku tidak begitu jauh hanya berbeda desa tapi dalam satu wilayah, Aku dengan teman-temanku berangkat naik motor keliling desa mengikuti sepupu dan kakak tiri menuju rumah bapakku. Dengan perasaan malas dan rasa penasaran akhirnya tiba juga di rumah bapakku. Aku merasa berada di tempat yang asing dengan tempat ini, aku melihat rumah hijau saling bersebrangan yang ternyata itu rumah kakak tiriku dan satu lagi adalah rumah ibu tiriku yang ku panggil “emak”, sebelumya ketika aku baru tiba kakak tiriku memperkenalkan aku dengan pria yang cukup tua yang  ternyata dia adalah bapakku. AKHIRNYA SETELAH SEKIAN LAMA AKU KETEMU JUGA DENGAN ORANG TUAKU. Kejadian seperti di rumah Sela pun terulang kembali orang yang bersalaman denganku menangis karena kehadirannku dan seperti sebelumnya aku hanya tersenyum karena aku merasa bertemu dengan orang asing yang baru aku jumpai tidak ada berasaan tersentuh atau ikatan batin antara orang tua dan anak. Aku dan teman temanku di ajak masuk ke rumah kakak tiriku, rumah ini begitu sederhana dan hanya ada kursi dan meja tamu dan ada 2 kamar (sepertinya ini rumah baru) aku kemudian melihat sekelilingku dan lagi lagi sangat asing bagiku, aku merasa tidak nyaman berada di tempat ini. 

Setelah sebentar aku di rumah kakak tiriku, aku di ajak masuk ke rumah ibu tiriku di temanin dengan bapakku aku menuju rumah di sebrang sana. Aku di kenalkan dengan wanita yang pendek dan tua yang dulu aku panggil emak. Emak menangis begitu melihatku, emak bertanya kepadaku “masih ingat emak?” dan dengan santai aku jawab “TIDAK” karena emang aku tidak ingat siapa siapa dan aku tidak mengenal siapapun di sana. Setelah di perkenalkan dengan emak aku di ajak keliling kampung untuk menemui saudara-saudara dari bapakku dari kakak tertua sampai adiknya. Di setiap rumah yang ku kunjungi semua selalu sama mereka menangis melihatku dan bilangnya aku sangat mirip dengan almarhumah nenekku (ini membuat diriku penasaran bagaimana wajah nenekku itu karena aku belum pernah melihatnya hingga beliau meninggal) dan ku putuskan untuk bertanya kepada bulek dan paklek adakah yang menyimpan foto almarhumah nenekku karena aku sangat penasaran dan ingin melihatnya, dari sekian banyak keluarga yang aku temui tidak satupun yang memiliki foto almarhum nenekku dan kesempatan aku melihatnya pun sirna. Perbincangan basa-basi pun selalu ada ketika aku ke rumah saudara saudaraku seperti bertanya sudah umur berapa? kuliah di mana? Sudah semester berapa? ibu apa kabar? Mas topan apa kabar? Sudah punya anak berapa mas topan? Dan basa basi lainnya. 

Aku sebenarnya kasihan dengan teman-temanku yang tidak ikut berkeliling denganku, semoga mereka baik baik saja di rumah kakak tiriku. Tidak beberapa lama kakak tiriku menyusulku dan memberitahukan untuk segera balik ke rumahnya karena kasian dengan temanku (akhhirnya aku kembali juga) di rumah kakak tiriku kita akhirnya makan bersama sebelum kembali ke rumah Sela. Namun lagi-lagi aku di suruh mampir ke rumah saudaraku, aku tidak mengenalnya dan karena terlalu banyak yang di ceritakan sehingga aku pulang terlalu larut ke rumah Sela. Aku merasa bersalah kepada teman-temanku karena mengganggu jam istirahat mereka dan orang tua Sela karena membawa Sela hingga larut malam. Aku di suruh menginap di rumah emak tapi aku tidak mau karena kasian dengan teman-temanku kalau mereka tidur di sana dan sebenarnya akulah yang benar-benar tidak mau menginap di sana, karena aku sangat merasa asing. Sepupuku kembali menemuikku di rumah Sela untuk menjemput aku dan teman-temanku namun dengan bujuk rayuku kepada kakakku supaya bilang ke bapakku bahwa aku tidak mau menginap di sana akhirnya aku dan teman-temanku berhasil tidur di rumah Sela.

(kembali ke kisah perjalanan liburanku)

Perjalanan ke Kawah Ijen kami sepakat di undur besok harinya karena tidak memungkinkan untuk memaksakan diri berangkat malam ini dengan badan yang lelah tidak ada beristirahat dan ini adalah malam jum’at (katanya gak baik ke sana malam jum’at). Akhirnya dengan kesepakatan berangkat hari jum’at dan di pandu oleh kakak tiriku dan sepupuku menuju kawah ijen maka liburan kita di Bondowoso bertambah satu hari lagi.