Sabtu, 11 Juli 2015

Another Rakum's Story part III

akhirnya setelah beberapa minggu selesai juga aku membuat endingnya, ending cerita Ranukumbolo ya bukan ending aku sama dia. yuk di simak aja buat yang udah penasaran dengan cerita akhirnya, selamat membaca gaes.

Theme song berdua dari payung teduh menemani malam itu, dan membuat aku semakin gak tenang karena takut. Sedikit percakapan yang teringat sampai sekarang dalam ingatanku ketika malam itu saat menunggu sunrise tiba. (Baring-baring bosan nunggu jam, Cuma dengarin lagu dan main ular-ularan dari hp) tiba tiba moment serius di mulai.


“yas”
“apa?” (masih sambil mainan hp dan dengerin lagu )
“yas”
“hmmmm”
“yas”
“apa sih?”
“yas”
“hmmm, kenapa?”
“yas, aku mau ngomong tapi malu”
“hmm, yaudah cerita aja kenapa malu”
“yas”
“yas yas yas yas terus dari tadi, kaya gak di jawab aja” (semakin takut dan mengalihkan pembicaraan) 
......

Hening dan Cuma ngeliatin aku main ular-ularan. Gak lama kemudian saling tatap dengan jarak gak sampai 3 cm dan ngeliatin aku dengan tatapan tajam. Terang aja detak jantungku semakin cepat karena salah  tingkah atau apa karena baru pertama kali begini dan takut banget, takut kalau
......


“yas”
“hmm”
“yas aku nyaman kita dekat kaya gini”
“iya”
“tapi aku gak mau pacaran dulu”
“iya”


Setelah dia bilang begitu, sumpah detak jantungku langsung berdetak sangat cepat, langsung dag dig dug cepat sekali gak kaya biasanya sampai akhirnya aku susah nafas dan jadi sesak membuat aku kedinginan seluruh badan. Dingin susah nafas detak jantung gak normal semua terjadi berbarengan waktu itu membuat dia bingung mau berbuat apa, soalnya aku di tayain dingin gak? tapi aku jawab enggak sedangkan badanku tetap gemetaran gak berhenti. Yang dia lakukan nyelimutin aku pakai sleeping bag, sleeping bag lagi, jaket, tapi tetap aja masih bergetar badanku sampai akhirnya dia peluk aku supaya gak kedinginan tapi malah tambah bergetar karena gugup apa lagi ditambah tatapan matanya buat aku gak sanggup ngeliat sampai aku tegur “jangan liatin gitu naa” bukannya gak suka, tapi aku takut kalau dilihatin begitu takut jatuh cinta sama dia. (buat “kamu” kalau baca ini maaf ya bukannya ngira apa, tapi sebenarnya aku takut jatuh cinta lagi sama kamu dan takut seperti kejadian dulu). Satu hal yang sangat disayangkan karena kita akhirnya gak jadi melihat sunrise karena kejadian aku yang kedinginan dan di luar sana sudah terang aku duduk mulai bernafas dengan normal. Aku ingat saat itu kamu memelukku dan bilang “tyas gak kenapa-kenapa kan” dan sumpah sejujurnya aku ngerasa nyaman, ngerasa ada yang menghawatirkan, ngerasa ada yang ngelindungi.

Kita menikmati pagi dengan keliling Ranukumbolo dan menghangatkan diri disana, dia sedang asik foto-foto dan aku hanya menikmati ranukumbolo serta sedikit memikirkan pembicaraan dia tadi malam, aku kepikiran jadi sekarang apa sebenarnya statusku sama dia? Sekarang apa jadinya kejelasan kedekatan ini? Ahh sudahlah terserah yang penting aku mau menikmati hariku disini karena hari ini akan berakhir aku gak mau melewatkan dengan kegalauan. Untuk apa memikirkan hal-hal yang membuat sedih, lupakan hal-hal gak penting yang ada sekarang hanya menikmati Ranukumbolo dengan tenang dan melupakan keramaian dan kesibukan di kota.

Perjalanan turun dari Ranukumbolo menuju Ranupane kita tempuh sekitar 3,5 jam dan menurutku itu cepat padahal kita sangat santai dan menikmati perjalanan. Kali ini saat pulang kita merasa dekat yang menurutku berbeda, aku memanggil dia dengan sebutan “key” karena menurutku dia mirip banget dengan keponakannya yang namanya keysha. Kita begitu berbeda sejak kejadian semalam, tapi sampai saat ini aku masih gak tau apa kejelasan hubugan kita. Kenapa kau perhatian, kenapa kau khawatir? Kenapa kau cemburu? Kenapa kau peduli? Ataukah hanya aku yang terlalu kegeeran atau emang semua benar adanya? Biarkan semua menjadi rahasia.

Ketika kita sampai di Malang, aku mengira semua akan kembali seperti biasa seperti sebelum ke ranukumbolo, tapi nyatanya enggak dia gak malu kalau aku dengan dia dekat dan dia selalu bilang ”terserah orang bilang apa, terserah anak-anak ngiranya gimana” sebenarnya aku takut kalau dia kembali menjauhiku tapi kenyataannya enggak malahan semakin dekat dan sering kali kita jalan meskipun hanya berdua atau jalan sama anak-anak yang lain. Meski kini kita sama-sama tahu perasaan masing-masing aku dan dia gak pernah lagi bicara mengenai hubungan kita dimasa mendatang. Aku merasa maju selangkah tetapi kemudian berjalan ditempat. Selama beberapa waktu tidak ada kejelasan, tidak ada status yang mengikat. Entah apa yang menjadi penyebabnya, entah sampai kapan. Barangkali aku dan dia takut bahwa langkah yang dipilih akan melukai salah satu perasaan dari kita. Entah kenapa aku merasa begitu gugup bersebelahan dengannya. Barangkali, ini karena kami memiliki masalalu atau karena aku terlalu dikuasai oleh perasaanku sendiri. Tetapi yang jelas aku memang tidak tahu harus bersikap bagaimana saat ini.

Saat ini aku sadar cepat atau lambat wanita yang dia sukai akan kembali ke padanya, Aku tidak bermaksud merebut dia dari siapapun. Aku tidak ingin hubungan kita berakhir dengan rasa benci. Aku ingin percaya bahwa kita memang pernah memiliki sesuatu, bahwa perasaanku ke kamu sungguh-sungguh. Dengan begitu, yang akan tersisa untukku adalah kenangan manis. (enakan es jeruk manis dari pada kenangan manis)